Wanita Pahlawan Nasional Indonesia
Dari 149 tokoh yang dianugerahi gelar pahlawan nasional,
diantaranya terdapat 12 wanita yang menyandang gelar itu. Berikut ini adalah
keduabelas wanita tersebut :
Tjoet nja’ dhien (1848 – 1908)
Asal daerah/daerah pengusul aceh
Dianugerahi pada 2 mei 1964 oleh presiden Soekarno
Bersama suaminya, teuku umar, beliau memimpin perang
melawan pasukan belanda sejak tahun 1880. Setelah suaminya gugur, ia tetap
berjuang berperang melawan belanda. Ia berhasil ditangkap dan di asingkan ke
sumedang, jawa barat, hingga akhir hayatnya.
Tjoet nja’ meutia (1879 – 1910)
Asal daerah/daerah pengusul aceh
Dianugerahi pada 2 mei 1964 oleh presiden Soekarno
Memimpin pasukan
melawan belanda bersama suaminya sejak tahun 1905. Ketika suaminya tertangkap
dan dihukum mati, beliau tetap melanjutkan perjuangan. Ia kemudian gugur dalam
peperangan pada tahun 1910.
Raden ajeng kartini (1879 – 1094)
Asal daerah/daerah pengusul jawa tengah
Dianugerahi pada 2 mei 1964 oleh presiden Soekarno
Dikenal dengan sebagai pelopor kebangkitan perempuan
karena pikiran dan pandangannya mengenai semansipasi wanita. Khususnya hak
berpendidikan serta hak memperoleh hak kebebasan dan persamaan hukum bagi
wanita. Pikiran dan pandangannya itu ditulis dalam surat kepada teman temannya
di eropa. Surat surat itu kemudian dikumpulkan dan dibukukan dan diterbitkan
dengan judul Door Dutsternis tot licht di belanda pada tahun 1911. Buku itu kemudian
diterjemahkan kedalam bahasa melayu dan diterbitkan di hindia belanda dengan
judul Habis gelap terbitlah terang pada tahun 1922.
Raden dewi sartika (1884 – 1947)
Asal daerah/daerah pengusul jawa barat
Dianugerahi pada 1 desember 1966 oleh presiden Soekarno
Beliau memperdayakan pendidikan bagi kaum wanita dengan
mendirikan saloka istri pada tahun 1904, yang merupakan sekolah khusus
perempuan pertama di hindia belanda. Sekolah yang didirikan berkembang hingga
merambah seluruh wilayah pasundan hingga ke wilayah sunatera. Beliau juga
sempat mendapat penghargaan dari pemerintah hindia belanda atas usahnya
memperdayakan perempuan.
Martha christina tiahahu (1800 – 1818)
Asal daerah / daerah pengusul maluku
Di anugerahi pada 20 mei 1969 oleh presiden soeharto
Mengangkat senjata terjun langsung dalam medan perang
melawan belanda sejak umur 17 tahun, membantu ayahnya yang merupakan pembantu
kapitan patimura. Ia tertangkap ketika berusaha membebaskan ayahnya yang
tertangkap terlebih dahulu. Ia di hukum diasingkan kepulau jawa, namun ia wafat
dalam perjalanan kepulau jawa. Jasadnya kemudian dibuang kelaut banda.
Maria walanda maramis (1872 – 1924)
Asal daerah / daerah pengusul : sulawesi utara
Dianugerahi pada 20 mei 1969 oleh presiden soeharto
Memperjuangkan pendidikan dan pemberdayaan bagi kaum ibu
ibu. Dengan mendirikan organisasi percintaan ibu kepada anak turunannya (PIKAT)
pada tahun 1917. Pada tahun 1919 beliau memperjuangkan agar wanita memiliki hak
suara di lembaga perwakilan Minahasa raad. Usahanya membuahkan hasil setelah
pada tahun 1921. Pemerintah hindia belanda memperbolehkan wanita memberikan suaranya
dalam Minahasa raad.
Nyai Hj. Siti Walidah Ahmad Dahlan (1872 – 1046)
Asal daerah / daerah pengusul : DDI Yogyakarta
Dianugerahi pada 22 september 1971 oleh presiden
soehaarto
Istri dari KH Ahmad Dahlan. Beliau memperjuangkan
pendidikan bagi kaum wanita dengan mengadakan pengajian untuk kalangan wanita
yang akhirnya berkembang menjadi lembaga Aisyiyah dalam organisasi
muhammadiyah. Ia juga aktif mengajarkan bahwa perempuan mempunyai hak utuk
menuntut ilmu setinggi tingginya, serta menentang praktek kawin paksa.
Nyi ageng serang (1752 – 1828)
Asal daerah / daerah pengusul : jawa tengah
Dianugerahi pada 13 desember 1974 oleh presiden soeharto
Pemimpin daerah serang, wilayah dalam kerajaan mataram
jawa tengah, dikenal dekat dengan rakyat dan sering membantu rakyat , pada
usianya yang lanjut, beliau memimpin pasukan dari tandu membantu pangeran
diponegoro melawan belanda selama 3 tahun.
Hj. Rangkayo Rasuna said (1910 – 1965)
Asal daerah / daerah pengusul : sumatera barat
Dianugerahi pada 13 desember 1974 oleh presiden soeharto
Pernah dipenjara belanda pada tahun 1932 karena memprotes
ketidak adilan pemerintah hindia belanda. Dimas kemerdekaan, beliau juga pernah
duduk menjadi anggota DPR RIS dan dewan pertimbangan agung, semasa hidupnya,
beliau juga aktif memperjuangkan persamaan hak pria dan wanita.
Hj. Fatimah Siti hartinah soeharto (1923 – 1996)
Asal daerah / daerah pemgusul : jawa tengah
Dianugerahi pada 30 juli 1996 oleh presiden soeharto
Ibu negara Ri sejak 1967 hingga akhir hayatnya. Pada masa
revolusi kemerdekaan, ia bergabung ke laskar puteri indonesia, ia membantu
menyelenggarakan dapur umum serta bantuan kesehatan bagi pejuang indonesia,
semasa menjadi ibu negara, ia dikenal dengan gagasan proyek monumentalnya,
terutama Taman mini indonesia indah,
taman buah mekarsari, perpustakaan nasional, rumah sakit kanker dharmais dan
rumah sakit jantung harapan kita.
Hj. Fatmawati soekarno (1923 – 1980)
Asal daerah / daerah pengusul : bengkulu
Dianugerahi pada 4 nopember 2000 oleh presiden abdur
rahman wahid
Penjahit bendera pusaka “sang saka merah putih” yang
dikibarkan pada saat proklamasi 17 agustus 1945. Beliau juga ialah istri ketiga
soekarno dan ibu negara RI yang pertama. Mendampingi presiden soekarno hingga
ia memilih keluar dari istana pada athun 1953 karena tidak menyetujui soekarno
menikah lagi. Setelah keluar dari istana. Beliau aktif dalam kegiatan sosial,
terutama pada anak anak penderita tubercolosis. Untuk itu ia menggalang dana
untuk membangun rumah sakit yang sekarang bernama RSUP Fatmawati.
Opu daeng risadju (1880 – 1964)
Asal daerah / daerah pengusul : sulawesi selatan
Dianugerahi pada 3 nopember 2006 oleh presiden susilo
bambang yudoyono
Melakukan pemberontakan terhadap tentara NICA pada tahun
1946. Beliau berhasil ditangkap beberapa bulan kemudian dan mengalami
penyiksaan yang menyebabkan beliau menjadi tuli hingga akhir hayatnya
Demikianlah para pahlawan wanita kita. Mohon maaf jika
ada yang salah atau hal yang tidak berkenan . terima kasih atas kesediannya
melihat tulisan saya ini.