Air Terjun Bedegung dan Goa putri

ACEHSUMATRA UTARASUMATRA BARATRIAUKEP RIAUJAMBIBENGKULUSUMATRA SELATANBANGKA BELITUNGLAMPUNGBANTENJAWA BARATDKI JAKARTAJAWA TENGAHDI YOGYAKARTAJAWA TIMURKALIMANTAN BARATKALIMANTAN TENGAHKALIMANTAN SELATANKALIMANTAN TIMURKALIMANTAN UTARABALINUSA TENGGARA BARATNUSA TENGGARA TIMURSULAWESI UTARASULAWESI TENGAHSULAWESI SELATANSULAWESI BARATSULAWESI TENGGARAGORONTALOMALUKUMALUKU UTARAPAPUA BARATPAPUA


Tujuan Wisata di Palembang

Palembang yang berkontur dataran rendah dan jauh dari laut tidak memungkinkan bagi Palembang untuk menawarkan pesona pemandangan gunung dan pantai. Bagi pelancong yang berasal dari kota besar, Palembang sama sekali bukan destinasi tujuan untuk menghabiskan hari libur. Penat dengan segala macam aktivitas di kota tentu membuat wisatawan lebih memilih daerah-daerah yang menawarkan pemandangan alam, bukan? Apa menariknya jika keluar dari gedung-gedung dan kemacetan namun begitu sampai di kota tujuan eh keadaannya sama saja
Namun, jika mau melipir sedikit ke pinggiran kota, pelancong bisa juga kok menikmati pemandangan alam luar biasa. Misalnya saja jajaran pegunungan dan kebun teh di Kota Pagar Alam, Gunung Jempol di kota Lahat atau kecantikan Danau Ranau yang tak kalah eloknya dari Danau Toba.

Nah, pada kesempatan ini aku akan memperkenalkan salah satu destinasi wisata air terjun yang belum banyak diketahui oleh banyak orang. Terlebih yang berada di luar Palembang. Ini dia, dengan bangga saya perkenalkan. Air Terjun Bedegung yang berada di Muaraenim, Sumatera Selatan.

1. Air Terjun Bedegung

Perjalanan dimulai dari kota Palembang menggunakan kereta api. Untuk pertama kalinya, dalam hidupku akhirnya aku mencicipi moda transportasi ini. Bersama beberapa anggota keluarga besar, kami memilih kereta api ekonomi. Tiketnya sangat murah Rp. 11.000 saja! Padahal jarak yang ditempuh lumayan jauh. 4 jam perjalanan! Kebetulan keberangkatan pagi menuju Baturaja hanya bisa menggunakan kereta ekonomi. Tapi toh tidak masalah. Perjalanan beramai-ramai terasa lebih seru. Aku juga akhirnya merasakan gerbong kereta yang tak ubahnya warung berjalan. Kenapa? Karena banyak sekali orang yang menjajakan dagangannya di sana. Haha.
Walaupun kursinya keras dan jauh dari empuk, tapi untuk mendapatkan tempat duduk kami tidak harus berebutan soalnya di tiket terdapat nomor kursi. Jadi nggak pake acara ngotot-ngototan mencari tempat duduk. Walaupun rame, tapi sepenglihatanku nggak ada penumpang yang berdiri. Kereta ekonomi ini tidak memiliki pendingin. Tapi hal itu tidak mengurangi keceriaan kami. Toh angin dengan setia mengelus wajah kami. Sejuk yang alami. Haha. Susasana menjadi sedikit panas begitu kereta berhenti untuk mendahulukan kereta batu bara. Jangan protes, kemewahan seperti apa yang bisa kami harapkan dari tiket seharga satu bungkus nasi padang?
Pukul 1 siang kami sampai di kota Batu Raja. Kota kecil yang rapi dan bersih. Tak ubahnya Palembang, kota ini pun dibelah oleh sebuah sungai besar. Sebetulnya kami ke sini mempunyai agenda khusus untuk menghadiri acara aqiqah abang sepupu. Namun, begitu acara selesai, tentu saja agenda selanjutnya jalan-jalan!

Menuju air terjun bedegung, kami harus berjalan lagi sejauh 56 Km menuju perbatasan Batu Raja – Muara Enim. Waktu tempuh kurang lebih satu jam dengan kendaraan pribadi. Sepanjang jalan, mata kami dimanjakan dengan hijaunya pepadian. Di sisi lain, nyali pun di uji karena di sisi kanan jalan adalah jurang yang menganga lebar. Sesampai di lokasi air terjun bedegung perjuangan kami belum selesai. Untuk menuju lokasi utama, kami masih harus berjalan mendaki. Untungnya, perjalanan menjadi lebih mudah karena tersedia tangga. Walaupun ngos-ngosan, aliran sungai di sisi kiri yang sangat jernih bikin kami gak sabar untuk sampe ke sana.


20 menit perjalanan suara gemercik air makin terdengar jelas. Namun wujudnya masih belum nampak. Apakah masih jauh? “Sekitar setengah jam lagi Ndut” kata Abangku. Oalah, masih sejauh itu kah? Terlihat di depan sana ada tanjakan yang cukup tinggi. Aih, jika hanya membawa badan tentu kelandaian itu tidak berarti, namun sebagai anak yang baik, aku kebagian tugas membawa sebaskom penuh berisi makanan. Dan itu… berat!
Info : Bagi yang tertarik mengunjungi Air Terjun Bedegung, ada baiknya mempersiapkan bekal dari rumah. Di sekitar lokasi wisata ini tersedia warung-warung kecil, namun biasanya hanya tersedia pop mie dan minuman ringan.
Tertatih-tatih aku mencapai puncak. Begitu sampai di sana… Tadaaaaaa… kejutan! Air Terjun Bedegung menyapaku dengan gagah. Luar biasa keindahannya. Rasa lelah terbayar sudah. Kami lalu menuju sebuah pondok yang tak berpenghuni. Sepertinya dulu ditempati oleh pedagang. Sesampai di sini kami langsung ngemil-ngemil ringan. Sebagian lagi malah langsung menuju air terjun untuk merasakan kesejukan air pegunungan ini.


2. GOA PUTRI
Di perjalanan pulang, kami melipir ke satu tempat wisata lagi. Yaitu Goa Putri. Goa ini dinamakan demikian karena konon menurut cerita goa ini adalah sebuah desa tempat Putri Dayang Merindu tinggal. Suatu hari sang putri mandi di sungai dan ditegur oleh seorang pengembara. Namun, si putri acuh sehingga membuat si penggembara kesal dan menyumpah si Putri sehingga ia menjadi batu. Penggembara itu dikenal dengan nama Si Pahit Lidah (karena apapun yang diucapkannya akan menjadi kenyataan). Unik, kan? :)

                                                Legenda Goa Putri


Untuk menuju ke Goa Putri, kami harus masuk ke dalam hutan sedikit. Masih banyak pepohonan besar di sini. Bahkan ketika di jalan, kami berpapasan dengan seekor babi hutan. Sebelumnya, aku kira goa ini hanyalah goa biasa dimana hanya terdapat lubang di dinding gunung. Ternyata, ini Goa Putri ini adalah Goa yang sangat indah, rapi dan bersih!

                                                        Menuju mulut goa

                                             Mulai memasuki goa


Goa-nya pun sangat besar. Untuk menuju pintu Goa, kami harus berjalan melewati sungai-sungai kecil. Perpaduan alam dan kemudahan yang dipersiapkan pemerintah (berupa jalan-jalan beton) membuat ‘penjelajahan’ goa ini terasa semakin menyenangkan. Walaupun tersedia lampu, suasana di dalam Goa cukup gelap. Di dalamnya juga terdapat cerukan jurang kecil sehingga kita harus berhati-hati. Selain itu, kita juga harus menjaga sikap. Jangan berkata kotor jika tidak mau tersesat. Ini yang diperingati oleh penjaga sebelum kami masuk.
Keunikan lainnya dari goa ini adalah kami tidak akan menemukan jalan yang sama untuk keluar. Di dalam goa, ternyata ada celah kecil (namun masih memungkinkan untuk dilewati) yang dijadikan jalan keluar. Begitu sudah berada di luar, untuk menuju tempat awal kami harus sedikit mendaki dan berjalan melalui sisi kiri goa. Hebat! Sebelumnya aku sama sekali tidak tahu kalau ada jalan di sisi ini. Jalan ini baru terlihat jika kami sudah berada di dalam goa karena jalannya agak mendaki.
Tuntas sudah perjalanan kami hari itu. Lelah jadi tak begitu terasa karena yang terlihat adalah rona-rona puas dan bahagia. Liburan, apapun bentuknya, tentulah akan selalu terasa menyenangkan, bukan?

Catatan : Perjalanan ini dilakukan 2 tahun lalu