13 Pejuang Wanita Indonesia
1. Cut Nyak Dhien
Cut Nyak Dhien ( ejaan lama : Tjoet Nja’ Dhien,
Lampadang, Kerajaan Aceh. 1848 – Sumedang, Jawa barat, 6 Nopember 1908;
dimakamkan digunung puyuh, Sumedang ) adalah seorang Pahlawan Nasional
Indonesia dari Aceh yang berjuang melawan Belanda pada masa perang Aceh. Setelah
wilayah VI Mukim diserang. Ia mengungsi, sementara suaminya Ibrahim Lamnga
bertempur melawan Belanda. Ibrahim Lamnga tewas di Gie Tarum pada tanggal 29
juni 1878 yang menyebabkan Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah hendak
menghancurkan belanda.
2.Tjoet Nyak Meutia
Tjoet Nyak Meutia
(Keureutoe, Pirak, Aceh Utara, 1870 - Alue Kurieng, Aceh, 24 Oktober 1910)
adalah pahlawan nasional Indonesia dari daerah Aceh. Ia dimakamkan di Alue
Kurieng, Aceh. Ia menjadi pahlawan nasional Indonesia berdasarkan Surat
Keputusan Presiden Nomor 107/1964 pada tahun 1964
Awalnya Tjoet Meutia melakukan perlawanan terhadap Belanda bersama suaminya Teuku Muhammad atau Teuku Tjik Tunong. Namun pada bulan Maret 1905, Tjik Tunong berhasil ditangkap Belanda dan dihukum mati di tepi pantai Lhokseumawe. Sebelum meninggal, Teuku Tjik Tunong berpesan kepada sahabatnya Pang Nagroe agar mau menikahi istrinya dan merawat anaknya Teuku Raja Sabi.
Awalnya Tjoet Meutia melakukan perlawanan terhadap Belanda bersama suaminya Teuku Muhammad atau Teuku Tjik Tunong. Namun pada bulan Maret 1905, Tjik Tunong berhasil ditangkap Belanda dan dihukum mati di tepi pantai Lhokseumawe. Sebelum meninggal, Teuku Tjik Tunong berpesan kepada sahabatnya Pang Nagroe agar mau menikahi istrinya dan merawat anaknya Teuku Raja Sabi.
Johanna
Masdani (lahir 29 November 1910 di Amurang, Sulawesi Utara, meninggal 13 Mei
2006 di Jakarta), adalah seorang pahlawan perintis kemerdekaan Indonesia. Ia
dilahirkan dengan nama Johanna Tumbuan. Sebagai aktivis pemuda-pemudi menjelang
kemerdekaan, Johanna banyak berjumpa dengan tokoh-tokoh lain, seperti Mohammad
Yamin, Dr. Rusmali, Mr. Assaat, dll. Ia pun bertemu dengan Masdani, juga
seorang tokoh pergerakan yang kemudian melamarnya untuk dijadikan istri.
Masdani telah meninggal mendahuluinya pada Oktober 1967.
4. Raden Adjeng Kartini
Raden Adjeng Kartini (lahir di Jepara, Jawa
Tengah, 21 April 1879 – meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904
pada umur 25 tahun) atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini[1]
adalah seorang tokoh suku Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal
sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.
5. Malahayati
Malahayati,
adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Nama
aslinya adalah Keumalahayati. Ayah Keumalahayati bernama Laksamana Mahmud Syah.
Kakeknya dari garis ayahnya adalah Laksamana Muhammad Said Syah putra dari
Sultan Salahuddin Syah yang memerintah sekitar tahun 1530-1539 M. Adapun Sultan
Salahuddin Syah adalah putra dari Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah (1513-1530
M), yang merupakan pendiri Kerajaan Aceh Darussalam.
Pada tahun 1585-1604, memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV.
Malahayati memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah tewas) berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda tanggal 11 September 1599 sekaligus membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal, dan mendapat gelar Laksamana untuk keberaniannya ini, sehingga ia kemudian lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati.Salah satu Pelabuhan laut di Aceh dinamakan Pelabuhan Malahayati
Pada tahun 1585-1604, memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV.
Malahayati memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah tewas) berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda tanggal 11 September 1599 sekaligus membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal, dan mendapat gelar Laksamana untuk keberaniannya ini, sehingga ia kemudian lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati.Salah satu Pelabuhan laut di Aceh dinamakan Pelabuhan Malahayati
Maria Josephine
Catherine Maramis (lahir di Kema, Sulawesi Utara, 1 Desember 1872 – meninggal
di Maumbi, Sulawesi Utara, 22 April 1924 pada umur 51 tahun), atau yang lebih
dikenal sebagai Maria Walanda Maramis, adalah seorang Pahlawan Nasional
Indonesia karena usahanya untuk mengembangkan keadaan wanita di Indonesia pada
permulaan abad ke-20.
Setiap tanggal 1 Desember, masyarakat Minahasa memperingati Hari Ibu Maria Walanda Maramis, sosok yang dianggap sebagai pendobrak adat, pejuang kemajuan dan emansipasi perempuan di dunia politik dan pendidikan. Menurut Nicholas Graafland, dalam sebuah penerbitan "Nederlandsche Zendeling Genootschap" tahun 1981, Maria ditahbiskan sebagai salah satu perempuan teladan Minahasa yang memiliki "bakat istimewa untuk menangkap mengenai apapun juga dan untuk memperkembangkan daya pikirnya, bersifat mudah menampung pengetahuan sehingga lebih sering maju daripada kaum lelaki"
Setiap tanggal 1 Desember, masyarakat Minahasa memperingati Hari Ibu Maria Walanda Maramis, sosok yang dianggap sebagai pendobrak adat, pejuang kemajuan dan emansipasi perempuan di dunia politik dan pendidikan. Menurut Nicholas Graafland, dalam sebuah penerbitan "Nederlandsche Zendeling Genootschap" tahun 1981, Maria ditahbiskan sebagai salah satu perempuan teladan Minahasa yang memiliki "bakat istimewa untuk menangkap mengenai apapun juga dan untuk memperkembangkan daya pikirnya, bersifat mudah menampung pengetahuan sehingga lebih sering maju daripada kaum lelaki"
7. Martha Christina Tiahahu
Martha Christina
Tiahahu (lahir di Nusa Laut, Maluku, 4 Januari 1800 – meninggal di Laut Banda,
Maluku, 2 Januari 1818 pada umur 17 tahun) adalah seorang gadis dari Desa Abubu
di Pulau Nusalaut. Lahir sekitar tahun 1800 dan pada waktu mengangkat senjata
melawan penjajah Belanda berumur 17 tahun. Ayahnya adalah Kapitan Paulus
Tiahahu, seorang kapitan dari negeri Abubu yang juga pembantu Thomas Matulessy
dalam perang Pattimura tahun 1817 melawan Belanda.
Martha Christina tercatat sebagai seorang pejuang kemerdekaan yang unik yaitu seorang puteri remaja yang langsung terjun dalam medan pertempuran melawan tentara kolonial Belanda dalam perang Pattimura tahun 1817. Di kalangan para pejuang dan masyarakat sampai di kalangan musuh, ia dikenal sebagai gadis pemberani dan konsekwen terhadap cita-cita perjuangannya.
Martha Christina tercatat sebagai seorang pejuang kemerdekaan yang unik yaitu seorang puteri remaja yang langsung terjun dalam medan pertempuran melawan tentara kolonial Belanda dalam perang Pattimura tahun 1817. Di kalangan para pejuang dan masyarakat sampai di kalangan musuh, ia dikenal sebagai gadis pemberani dan konsekwen terhadap cita-cita perjuangannya.
Nyi Ageng serang bernama asli Raden Ajeng Kustiyah
Wulaningsih Retno Edi ( Serang, purwodadi, jawa tengah, 1752 – Yogyakarta, 1828
) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah anak Pangeran Natapraja
yang menguasai wilayah terpencil dari kerajaan Mataram tepatnya di Serang yang
sekarang wilayah perbatasan Grobogan – Sragen. Setelah ayahnya wafat Nyi Ageng
serang menggantikan kedudukan ayahnya. Nyi ageng serang adalah salah satu
keturunan sunan kalijaga , ia juga mempunyai keturunan seorang Pahlawan
Nasional yaitu Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hajar Dewantara. Ia dimakamkan
dikalibawang kulon progo. Ia pahlawan Nasional yang hamper terlupakan , mungkin
karena namanya tak terpopuler RA Kartini atau Cut Nyak Dhien tapi beliau sangat berjasa bagi negeri ini.
Warga kulon progo mengabadikan Monumen beliau ditengah kota wates berupa patung
beliau sedang menaiki kuda dengan gagah berani membawa tombak
9.
Siti Manggopoh
Siti Manggopoh (1880 – 1960) adalah seorang pejuang
wanita dari Manggopoh Agam, Sumatra barat. Pada tahun 1908, ia melakukan
perlawanan terhadap kebijakan ekonomi Belanda melalui pajak uang (belasting)
yang disebut dengan perang Belasting. Peraturan belasting dianggap bertentangan
dengan adat minangkabau. Sebab tanah adalah komunal atau kaum di minangkabau.
Pada tanggal 16 juni 1908 , Belanda sangat kewalahan
menghadapi tokoh perempuan minangkabau ini , sehingga meminta bantuan kepada
tentara belanda yang berada diluar nagari Manggopoh.
Dengan siasat yang diatur sedemikian rupa oleh siti, dia
dan pasukannya berhasil menewaskan 53 orang serdadu penjaga benteng. Sebagai perempuan,
Siti Manggopoh cukup mandiri dan tidak tergantung kepada orang lain. Ia memmanfaatkan
naluri keperempuannya secara cerdas untuk mencari informasi tentang kekuatan
belanda tanpa hanyut dibuai rayuan mereka. Ia pernah mengalami konflik bathin
ketika akan mengadakan penyerbuan kebenteng Belanda. Konflik batin tersebut
adalah antara rasa keibuan yang dalam terhadap anaknya yang erat menyusu di
satu pihak dan panggilan jiwa untuk melepaskan rakyat dari kezaliman belanda
dipihak lain. Namun ia segera keluar dari sana dengan memenangkan panggilan
jiwanya untuk membantu rakyat.
Tanggung jawab sebagai ibu dilaksanakan kembali setelah
melakukan penyerangan. Bahkan anaknya Dalima , dia bawa melarikan diri kehutan
selama 17 hari dan selanjutnya dibawa ketika ia ditangkap dan dipenjara 14
bulan di lubuk basung, Agam, 16 bulan di pariaman dan 12 bulan di padang. Mungki
karena anaknya masih kecil atau karena alas an lainnya, akhirnya Siti Manggopoh
dibebaskan. Namun di buang ke Menado
10.
Marsinah
Marsinah (lahir 10 April 1969 – meninggal 8
Mei 1993 pada umur 24 tahun) adalah seorang aktivis dan buruh pabrik PT. Catur
Putra Surya (CPS) Porong, Sidoarjo, Jawa Timur yang diculik dan kemudian
ditemukan terbunuh pada 8 Mei 1993 setelah menghilang selama tiga hari.
Mayatnya ditemukan di hutan di Dusun Jegong Kecamatan Wilangan,, Nganjuk,
dengan tanda-tanda bekas penyiksaan berat.
Dua orang yang
terlibat dalam otopsi pertama dan kedua jenazah Marsinah, Haryono (pegawai
kamar jenazah RSUD Nganjuk) dan Prof. Dr. Haroen Atmodirono (Kepala Bagian
Forensik RSUD Dr. Soetomo Surabaya), menyimpulkan, Marsinah tewas akibat
penganiayaan berat.
Marsinah memperoleh Penghargaan Yap Thiam Hien pada tahun yang sama.
Kasus ini menjadi catatan ILO (Organisasi Buruh Internasional), dikenal sebagai kasus 1713.
Marsinah memperoleh Penghargaan Yap Thiam Hien pada tahun yang sama.
Kasus ini menjadi catatan ILO (Organisasi Buruh Internasional), dikenal sebagai kasus 1713.
11 Yeni Rosa Damayanti
Yeni Rosa Damayanti adalah seorang aktivis dan pejuang
demokrasi dan reformasi Indonesia.
Namanya sangat popular dipertengahan tahun 90an. Kala itu
ia seorang gadis cantik yang sangat berani menentang dan mengkritik
pemerintahan Soeharto dengan Orde barunya yang masih sangat kuat . Aktivis LSM PIJAR ini sempat dipenjara 6 bulan karena
keberaniannya menuntut kepada MPR agar Soeharto diseret disidang Istimewa MPR
pada tahuun 1995. Setelah itu ia pergi ke belanda meneruskan pendidikannya. Di negeri
Belanda iapun tak henti hentinya menyuarakan demokrasi dan reformasi bagi
Indonesia. Akibat kegiatannya itu iapun dipersulit untuk pulang ketanah air.
Pemerintah melalui KBRI di Belanda tidak member Izin perpanjangan paspornya,
sehingga ia tidak bisa pulang ke Indonesia.
Sesaat setelah kejatuhan Soeharto iapun mendapat izin
perpanjangan passport sehingga iapun segera pulang ketanah air. Kepulangan Yeni
disambut oleh rekan rekan seperjuangannya sesame aktivis
12.
Utami Roesli
Dr. Utami Roesli SpA, IBCLC, FABM ( lahir disemarang,
jawa tengah, 17 september 1945, umur 67 tahun) adalah seorang dokter Indonesia.
Ia dikenal sebagai seorang aktivis yang gigih
memperjuangkan hak hak bayi untuk mendapatkan Asi yang baik. Menurut Utami bayi
tidak sepantasnya diberi susu Formula yang berasal dari susu sapi. Sebagai aktivis
dan pejuang ASI, ia dengan beberapa orang tokoh lainnya mendirikan lembaga Sentra
Laktasi Indonesia ( Selasi ) dan menjabat sebagai ketuanya. Di samping itu ia
juga praktek di Klinik Lakstasi Rumah Sakit St. Carolus Salemba, Jakarta. Kegighan
Utami mengkampanyekan ASI ekslusif dan mengajarkan “Inisiasi menyusui Dini” tak
terlepas dari pengalaman pahitnya ketika gagal menyusui 2 orang anaknya secara
sempurna atau ekslusif yaitu 2 tahun.
13.
Rasuna Said.
Hajjah Rangkayo Rasuna Said ( lahir di Maninjau, Agam,
Sumatra barat, 14 september 1910 – meninggal di Jakarta, 2 nopember 1965 pada
umur 55 tahun ) adalah salah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia dan juga
merupakan pahlawan nasional Indonesia. Seperti Kartini, ia juga memperjuangkan
adanya persamaan hak antara pria dan wanita. Ia dimakamkan di TMP Kalibata ,
Jakarta